NawaDewata atau Dewata Nawa Sanga adalah sembilan penguasa di setiap penjuru mata angin dalam konsep agama Hindu Dharma di Bali. Sembilan penguasa tersebut merupakan Dewa Siwa yang dikelilingi oleh delapan aspeknya.Bagian-bagian Nawa Dewata 1 .Wisnu 2. Sambhu 3. Iswara 4. Maheswara 5. Brahma 6. Rudra 7.Mahadewa 8. Sangkara 9.Ini masih ada hubungannya dengan kisah permusuhan garuda dan para naga. Ibu para garuda adalah dewi winata dan ibu para naga adalah dewi kadru. Mereka berdua adalah putri prajapati daksha,saudara dewi sati. Dalam film diperlihatkan jika Garuda bertempur dengan Naga vasuki. vasuki meminta perlindungan Dewa Syiwa dan Garuda meminta perlindungan kepada Dewa Vishnu. Mungkin msh ingat saat krishna kecil menari di kepala naga kaliya yg saat itu telah menyadari kesalahannya, itu bertujuan untuk melindungi kaliya dari Garuda dengan meninggalkan jejak kakinya di kepala kaliya. dalam Harivamsha Purana menceritakan bagaimana rudra membuang sifat jahat dan menjadi baik hati, Dewa Siwa. juga mengenai rahasia dari Srivatsa tanda pada dada Dewa Wisnu, dan mengapa Dewa Siwa kemudian dikenal sebagai Shithikantha. Menurut teks, ada pertempuran besar antara para naga dan Garuda, di mana Dewa Wisnu telah mendukung Garuda. raja naga Vasuki, mencari perlindungan Rudra. Selama pertempuran utama, Vasuki dikalahkan oleh Garuda dan ia memanggil Rudra untuk perlindungan. Rudra menegur Garuda dan dan brkata bahwa garuda tidak adil terhadap para Naga. Dewa Wisnu menantang Rudra untuk brtempur, Rudra menerima tantangan itu. Dewa Wisnu mencekik dewa Rudra untuk mengalahkan dia, tapi ini membangkitkan kemarahan Rudra. Dia menikam Dewa Wisnu dengan trisula dan membuat tiga lubang di dadanya. namun akhirnya Rudra melihat dewa wisnu dengan penuh kasih sayang dan ia melepaskan energi kemarahannya rudra menjadi "Shiva", Dewa Siwa memiliki tanda-tanda jari Dewa Wisnu dan kemudian dikenal sebagai Shithikantha. Bekas luka yang ditinggalkan oleh trisula Dewa Siwa di dada Wisnu kemudian dikenal sebagai Srivatsa. Juga, dewa Shiva menerima naga Vasuki dan ia mnjadi ular di leher shiwa. Tidak ada yg menang maupun kala karena brahma, wisnu dan shiwa adalah TUNGGAL prtarungan ini bkn brdsarkan kebencian atau permusuhan, namun dgn tujuan utk menunjukkan kepada bhakta mereka bahwa tuhan akan selalu melindungi mereka jika mereka berdoa dgn tulus. Pertarungan ini jg bertujuan utk menghentikan aspek kemarahan dewa shiwa. kisah mahadewa harus dipahami bkn hanya dilihat dan dinilai sepihak sebab banyak filosofi yg ada di dlmnya dan perlu pikiran yg trbuka utk memahaminya. kisah mahadewa masuk k dalam purana di dlm pustaka suci weda. Jadi setiap karakter sangat disucikan. RITAARSITEKTUR INTERIOR / 0906517943 TAHUN 2011. f1. Jenglot Perawakannya kecil dengan tubuh tak lebih dari 12 cm dan rambutnya yang panjang, jarang dan kaku melewati kaki. Makhluk itu dinamakan jenglot. Kabarnya, jenglot itu bukan benda mati. Konon ia hidup, namun tak ada yang pernah tahu kapan bergerak. Dalam mitologi Hindu Siwa dikenal sebagai dewa tertinggi dan banyak pemujanya. Mitos Siwa dapat dijumpai dalam beberapa kitab suci agama Hindu, yakni kitab-kitab Brāhmana, Mahābhārata, Purāna, dan Āgama. Dalam kitab Hindu tertua, Weda Samhita, walaupun nama Siwa sendiri tidak pernah dicantumkan, tetapi sebenarnya benih-benih perwujudan tokoh Siwa itu sendiri telah ada, yaitu Rudra. Kelahiran Rudra Kitab Satapatha-Brāhmana menceritakan tentang kelahiran Rudra. Diceritakan bahwa ada seorang kepala keluarga bernama Prajapati yang memiliki seorang anak laki-laki. Sejak lahir, anak itu menangis terus, dia merasa tidak terlepaskan dari keburukan karena tidak diberi nama oleh ayahnya. Kemudian Prajapati memberinya nama Rudra, yang berasal dari akar kata rud yang artinya menangis. Kisah kelahiran Rudra ini bisa dijumpai pula dalam kitab-kitab Weda Samhita dan kitab Wişņu-Purāna. Tersebutlah Brahmā sedang marah kepada anak-anaknya yang diciptakannya pertama kali, yang tidak menghargai arti penciptaan dunia bagi semua makhluk. Akibat kemarahannya itu tiba-tiba dari kening Brahma muncul seorang anak yang bersinar seperti matahari. Anak yang baru “lahir” itu diberi nama Rudra. Dari tubuhnya yang setengah laki-laki dan setengah perempuan itu “lahir” anak berjumlah sebelas orang. Badan Rudra yang berjumlah sebelas itu, menurut kitab Wişņu-Purāna merupakan asal mula Ekadasa Rudra. Riwayat kelahiran Rudra menurut Mārkandeya Purāna disebabkan oleh keinginan Brahmā untuk mempunyai anak yang menyerupai dirinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Brahmā pergi bertapa. Tengah bertapa, tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki berkulit merah kebiru-biruan menangis di pangkuannya. Ketika ditanya mengapa, anak itu menjawab bahwa ia menangis karena minta nama. Brahmā memberinya nama Rudra. Namun, ia tetap menangis dan meminta nama lagi. Itu dilakukannya hingga tujuh kali, sehingga Brahmā memberi tujuh nama, masing-masing Bhawa, Sarwa, Isāna, Pasupati, Bhîma, Ugra, dan Mahādewa, di samping Rudra. Kedelapan nama itu adalah nama-nama aspek Çiwa dalam kelompok Murtyastaka. Kisah yang sama terdapat dalam Wisnu-Purāna. Siwa Mahādewa Dalam kitab Mahābhārata, Siwa lebih sering disebut sebagai Mahādewa, yaitu dewa tertinggi di antara para dewa. Kitab itu juga menjelaskan asal mula Siwa mendapatkan sebutan demikian. Pada suatu waktu, para dewa menyuruh Siwa membinasakan makhluk-makhluk jahat yang tinggal di Tripura. Untuk menghadapi makhluk-makhluk itu, Siwa diberi setengah kekuatan dari masing-masing dewa, dan setelah dapat memusnahkan makhluk-makhluk itu, Siwa dianggap sebagai dewa tertinggi. Pertama kalinya Çiwa atau Rudra disebut Mahadewa terdapat dalam Yajur-Weda putih. Dalam Mahābhārata bagian Bhismaparwa, Siwa yang digambarkan berada di Gunung Meru, dikelilingi Umā beserta pengikutnya itu disebut Pasupati sloka 219b. Sementara, sebutan Maheswara ada dalam kitab Mahabharata sloka 222a. Sebutan lain untuk Çiwa adalah Trinetra, yang artinya bermata tiga. Sebutan ini didapatkan Çiwa ketika dari keningnya “muncul” mata ketiga untuk “mengembalikan” keadaan dunia seperti keadaan semula, yang “terganggu” karena kedua matanya tertutup oleh kedua tangan Parwati, yang ketika itu asyik bercengkerama dengan Çiwa. Untuk mengembalikan keadaan dunia, Çiwa menciptakan mata ketiga pada keningnya. Siwa Trinetra Uraian tentang Siwa Trinetra juga dijumpai dalam kitab Mahābhārata. Kitab Linga-Purana menjelaskan timbulnya mata ketiga Siwa. Sati, anak Daksa istri pertama Siwa bunuh diri dengan cara terjun ke dalam api karena ayahnya, Daksa tidak menghiraukan Ciwa, suaminya. Karena peristiwa itu, Siwa pergi bertapa di atas Gunung Himalaya. Parvati, anak Himawan yang jatuh cinta kepada Siwa sebenarnya adalah Sati “yang lahir kembali”. Sementara itu, makhluk jahat asura Tataka mulai mengganggu para dewa. Menurut ramalan, yang dapat membinasakan makhluk jahat itu hanyalah anak Çiwa. Dalam kebingungan, para dewa memutuskan untuk “membangunkan” Çiwa. Mereka sepakat meminta pertolongan Dewa Kāma. Dengan upayanya, berangkatlah para dewa disertai Parwati ke tempat Çiwa bertapa. Karena keampuhan panah Dewa Kāma, Çiwa “terbangun”. Çiwa yang sedikit terusik oleh perbuatan Kama membuka mata ketiganya yang menyemburkan api. Api itu membakar Kāma hingga menjadi abu. Pada saat yang bersamaan karena keampuhan panah Kāma, Çiwa “jatuh cinta” pada Parwati. Rati, istri Dewa Kāma yang mendengar kematian suaminya datang menghadap Çiwa dan mohon untuk menghidupkan kembali Kāma. Untuk menghibur rati, Çiwa berjanji bahwa Kāma kelak akan lahir kembali sebagai Pradhyumna. Kisahnya diakhiri dengan pernikahan Çiwa dan Parwati, serta kelahiran Kumara /Kartikeya atau Subrahmanya yang dapat membunuh Tataka /Tarkasura. Siwa Nilakantha Çiwa disebut juga Nilakantha karena mempunyai leher yang berwarna biru. Diceritakan pada waktu diadakan pengadukan lautan susu untuk mendapatkan amrta, turut keluar racun yang dapat membinasakan para dewa. Untuk menyelamatkan para dewa, Çiwa meminum racun itu. Parwati yang khawatir suaminya binasa, menekan leher Çiwa agar racun tidak menjalar ke bawah. Akibatnya racun itu terhenti di tenggorokan dan meninggalkan warna biru pada kulit lehernya. Sejak itulah Çiwa mendapatkan sebutan baru, Nilakantha. Asal Mula Atribut Siwa Kitab Suprabhedagama menguraikan mengapa Siwa mengenakan pakaian kulit harimau, hiasan berupa ular, kijang, dan parasu, serta memakai hiasan bulan sabit, dan tengkorak pada mahkotanya. Pada suatu waktu, Siwa pergi ke hutan dengan menyamar sebagai pengemis. Istri para pendeta yang kebetulan melihatnya jatuh cinta, sehingga para pendeta marah. Dengan kekuatan magisnya mereka menciptakan seekor harimau yang diperintahkan untuk menyerang Siwa, tapi dapat dibinasakan dan kulitnya dipakai Siwa sebagai pakaiannya. Melihat Siwa bisa mengalahkan harimau ciptaannya, mereka makin marah dan menciptakan seekor ular. Ular itu dapat ditangkap Siwa dan dibuat perhiasan. Setelah kedua usaha itu gagal, mereka menciptakan kijang dan parasu, tapi kali inipun Çiwa dapat melumpuhkan serangan para pendeta itu. Sejak kejadian itu, kijang dan parasu menjadi dua di antara laksana atribut Ciwa. Kitab Kurma Purana menjelaskan asal mula Çiwa mendapat julukan Gajasura-samharamurti. Dikisahkan beberapa orang pendeta sedang bertapa diganggu makhluk jahat yang menjelma sebagai gajah. Çiwa yang dimintai pertolongannya dapat membunuh gajah jelmaan itu. Çiwa yang mengenakan pakaian kulit gajah yang dibunuhnya lalau dikenal sebagai Gajasurasamharamurti. Kitab Kamikagama mengungkapkan mengapa dalam pengarcaannya, Çiwa mengenakan hiasan bulan sabit pada jatāmakutanya mahkota. Datohan, salah seorang putra Brahmā, menikahkan keduapuluh tujuh =konstelasi bintang anak perempuannya pada Santiran, Dewa Bulan. Dia minta agar menantunya memperlakukan semua istrinya sama dan mencintainya tanpa membeda-bedakan. Selama beberapa waktu, Santiran hidup bahagia bersama istri-istrinya, tanpa membeda-bedakan mereka. Dua di antara seluruh istrinya, Kartikai dan Rogini adalah yang tercantik. Lama-kelamaan, tanpa disadarinya, Santiran lebih memperhatikan keduanya dan mengabaikan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak diperhatikan, mereka mengadu pada ayah mereka. Datohan mencoba menasihati menantunya agar mengubah sikap, tapi tidak berhasil. Setelah berunlangkali Santiran diingatkan dan tidak mengindahkan, Datohan menjadi marah dan mengutuh menantunya; keenam belas bagian tubuhnya akan hilang satu per satu sampai akhirnya dia akan hilang, mati. Ketika bagian tubuhnya tinggal seperenam belas bagian, Santiran menjadi panik dan pergi minta tolong dan perlindungan Intiran. Intiran tidak dapat menolong. Dalam keadaan putus asa, dia menghadap dewa Brahmā yang menasihatinya agar pergi menghadap Çiwa. Santiran langsung menuju Gunung Kailasa dan mengadakan pemujaan untuk Çiwa. Çiwa yang berbelas kasihan kemudian mengambil bagian tubuh Santiran itu dan diletakkan di dalam rambutnya sambil berkata, “Jangan khawatir, Anda akan mendapatkan kembali bagian-bagian tubuh Anda. Namun, itu akan kembali hilang satu per satu. Perubahan itu akan berlangsung terus.” Demikianlah dalam pengarcaannya rambut Çiwa dihiasi bagian tubuh Santiran yang berbentuk bulan sabit di samping tengkorak ardhacanrakapala. Selain mata ketiga dan hiasan candrakapala, Çiwa juga dikenal mempunyai kendaraan banteng atau sapi jantan. Sapi Jantan Wahana Dewa Siwa Kitab Mahābhārata menguraikan asal mula sapi jantan atau banteng menjadi kendaraan Çiwa dalam dua versi. Versi pertama, Bhisma menjelaskan kepada Yudistira mengenai asal mula sapi jantan menjadi wahana Çiwa. Daksa, atas perintah ayahnya, yakni Brahmā, menciptakan sapi. Çiwa yang sedang bertapa di dunia terkena susu yang tumpah dari mulut anak sapi yang sedang menyusu pada induknya. Untuk menjaga agar Çiwa tidak marah, Dakasa menghadiahkan seekor sapi jantan pada Çiwa. Çiwa sangat senang menerima pemberian itu dan dijadikannya kendaraan. Versi kedua, mirip cerita di atas, hanya peran Daksa dipegang oleh Brahmā. Di sini Çiwa menjawab pertanyaan Uma mengapa kendaraan Çiwa itu adalah banteng dan bukan binatang lain. Dikisahkan pada waktu penciptaan pertama, semua sapi berwarna putih dan sangat kuat. Mereka berjalan-jalan penuh kesombongan. Tersebutlah Çiwa sedang bertapa di Pegunungan Himalaya dengan cara berdiri di atas satu kaki dengan lengan diangkat. Sapi-sapi yang sombong itu berjalan bergerombol di sekeliling Çiwa, sehingga ia kehilangan keseimbangan. Atas kejadian itu, Çiwa sangat marah dan dengan mata ketiganya ia membakar sapi-sapi yang sombong itu, sehingga warna mereka berubah hitam. Itulah sebabnya ada sapi berwarna hitam. Banteng yang melihat kejadian itu mencoba melerai dan meredakan amarah Çiwa. Sejak itu banteng menjadi kendaraan Çiwa. Sapi-sapi yang melihat dan mengakui kehebatan dan kesaktian Çiwa sangat kagum dan mengangkatnya sebagai pemimpin, serat memberi julukan Gopari pada Çiwa. Sumber
25Agu 2020 — Rumus Togel Jitu Agar Bisa Menang. Dewa Togel.! GAK PERLU BANYAK BACOT KALO MAU SHARE PREDIKSI GAK PERLU KOAR. 844 likes. PREDIKSI ANGKA JITU #HONGKONG MALAM INI 11 OKTOBER 2021. jgn byk2 angkanya mind yg jitu aja biar bd d bom bwt THR. Public.Halo Teman Bicara yang suka sejarah! Waktu kalian sekolah dulu, tentu ingat pernah mempelajari tentang 3 Dewa Hindu atau yang sering dikenal sebagai Trimurti. Tiga Dewa Hindu ini memiliki tugasnya masing-masing. Dewa Brahma bertugas sebagai pencipta, Dewa Wisnu dengan tugasnya sebagai pemelihara, dan Dewa Siwa yang bertugas sebagai pelebur. Di Indonesia, banyak ditemukan candi dan arca/situs bersejarah yang menjadi perwujudan dari Dewa Siwa, seperti lingga yoni, Dewi Durga atau Dewi Parvati, dan arca Ganesha anak dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Di Indonesia, Dewa Ganesha menjadi simbol ilmu pengetahuan atau kecerdasan. Patung Dewa Ganesha Sebenarnya bukan hanya Dewa Ganesha, Dewi Saraswati istri Dewa Brahma juga merupakan Dewi ilmu pengetahuan. Pemujaan terhadap Dewa Ganesha menjadi kesimpulan, bahwa umat Hindu Indonesia lebih banyak memuja kepada Dewa Siwa, dibanding dua Dewa Trimurti lainnya. Berdasarkan analisa sejarah, wajar bila Dewa Siwa lebih banyak dipuja oleh umat Hindu Indonesia sejak ratusan tahun lalu. Penyebabnya karena Indonesia dikelilingi oleh cincin api Pasifik, dan berada di atas 3 tumbukan lempeng benua, yang meliputi Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur. Dengan kata lain, Indonesia merupakan Negara rawan bencana alam, terutama gunung meletus dan gempa Bumi. Salah satu letusan gunung berapi yang terdahsyat adalah letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883, yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Bencana-bencana tersebut merupakan bagian dari peleburan, yang menjadi tugas Dewa Siwa. Itu mengapa Dewa Siwa lebih banyak dipuja di Indonesia, dibanding Dewa Trimurti lainnya. Untuk lebih lengkapnya, mari kita pelajari lebih detil tentang 3 Dewa Hindu Trimurti beserta tugasnya masing-masing. Dewa Brahma Dewa Pencipta Dewa Brahma Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, Dewa Brahma memiliki tugas sebagai pencipta alam semesta. Sebagai pencipta, Dewa Brahma memiliki beberapa nama, antara lain Atmabhu yang ada dengan sendirinya, Bodha guru, Bŗhaspat raja yang agung, Druhina sang pencipta, Ananta yang tiada akhir , Annawurti pengendara angkasa, Dhata pencipta, dan sebutan lainnya. Cukup banyak ya namanya? Dewa Brahma memilih angsa atau hamsa sebagai kendaraannya. Dewa Brahma memiliki 4 wajah yang menghadap ke arah utara, selatan, barat, dan timur. Dewa Brahma juga memiliki 4 tangan yang mewakili empat arah mata angin, yakni timur, selatan, barat, dan utara. Tangan kanan belakang melambangkan pikiran, tangan kiri belakang melambangkan kecerdasan, tangan kanan depan merupakan simbol ego, dan tangan kiri depan sebagai simbol kepercayaan diri. Dewa Brahma juga digambarkan membawa manik-manik do’a yang dipercaya sebagai zat yang digunakan dalam proses penciptaan. Adapula buku yang menjadi lambang ilmu pengetahuan. Dewa Brahma memiliki seorang istri bernama Dewi Saraswati yang dikenal sebagai Dewi ilmu pengetahuan. Ini menjadi simbol bahwa setiap proses penciptaan, entah dalam bentuk karya atau apapun, bila tanpa didasar ilmu pengetahuan, akan menjadi hal yang sia-sia. Dewa Wisnu Dewa Pemelihara Setelah semesta diciptakan, tentu perlu untuk dilindungi, dipelihara. Dan inilah tugas yang dikerjakan oleh Dewa Wisnu, memelihara apa yang telah diciptakan oleh Dewa Brahma. Dewa Wisnu dikenal sebagai Dewa yang menunggangi Burung Garuda, memiliki 4 tangan sebagai simbol kekuasaan dan kekuatannya untuk mengisi alam semesta, dan tubuhnya berwarna biru yang menjadi lambang kekuatan yang tak terbatas. Sama seperti Dewa Brahma, Dewa Wisnu pun memiliki seorang istri, Dewi Laksmi yang dikenal sebagai Dewi Kemakmuran, Dewi Kebijaksanaan, dan Dewi Kesuburan. Dewa Wisnu dikenal sebagai dewa yang sering turun ke bumi dan menjelma menjadi manusia, binatang, bahkan matahari. Tujuannya, untuk melindungi bumi atau semesta dari kehancuran, dan untuk mengajarkan darma Hindu. Dalam setiap penjelmaannya, Dewi Laksmi selalu setia mendampingi Dewa Wisnu. Penjelmaan Dewa Wisnu yang terkenal adalah saat beliau menjelma sebagai Sri Kresna atau kusir kereta Arjuna, yang membantu Pandawa melawan Kurawa; dan sebagai Rama yang gagah berani melawan Rahwana atau Dasamuka. Dewa Siwa Dewa Pelebur Tiga dewa Hindu trimurti yang terakhir adalah Dewa Siwa, yang bertugas sebagai Dewa Pelebur. Dewa Siwa meleburkan semua yang sudah terlihat usang dan tidak layak berada di dunia, dileburkan untuk dikembalikan kepada asalnya. Dalam Hindu Bali, Dewa Siwa dipuja sebagai dewa yang mengembalikan manusia dan makhluk hidup lainnya ke dalam unsurnya. Dewa Siwa memiliki ciri yang sedikit berbeda dari dua Dewa Trimurti lainnya, yakni memiliki hiasan kepala berbentuk bulan sabit, menjadikan ular cobra sebagai hiasan lehernya, dan selalu membawa Trisula. Dewa Siwa memiliki dua istri. Pertama, Dewi Uma/Dewi Sati yang membakar diri karena konflik antara keluarganya dengan Dewa Siwa. Sepeninggal Dewi Uma, muncul Parwati, yang dikenal juga sebagai titisan atau penjelmaan dari Dewi Uma. Dari pernikahannya dengan Dewi Parwati, lahirlah Dewa Ganesha yang dikenal dan dipuja sebagai dewa ilmu pengetahuan di Indonesia. Kisah Dewa Siwa juga pernah dibuat dalam drama India berjudul Mahadewa. Bukti pemujaan umat Hindu di Indonesia kepada Dewa Siwa sangatlah banyak. Candi-candi di Jawa Timur banyak dibangun untuk memuja Dewa Siwa. Arca Lembu Nandi kendaraan Dewa Siwa, arca Dewa Ganesha, dan perwujudan Dewi Parwati banyak ditemukan dan dijumpai dalam kompleks candi-candi yang ada di Jawa Timur. Kesimpulan Hindu dikenal sebagai agama yang memuja banyak dewa, namun di antara sekian banyak dewa, Trimurti atau Tiga dewa hindu diatas merupakan Dewa yang paling ternama dan dipuja oleh banyak umat Hindu di Dunia. Ketiga Dewa Trimurti memiliki tugas dan perannya masing-masing, serta memiliki umatnya sendiri-sendiri. Sumber Siwa – WikipediaWisnu – WikipediaPenjelasan Tentang Dewa Wisnu – TentanghinduPenjelasan Tentang Dewa Brahma – TentanghinduPengertian Dewa Brahma, Mantra, Tugas, Kendaraan, Senjata, dan Istrinya – Hindualukta blog dewa brahmaTiga Dewa HinduTrimurtiTugas Dewa HinduTugas Trimurti DownloadPlants VS Zombies 2 Full Version.Kali ini AF Sahabat Artikel akan share game kembali, kali ini game yang akan dishare adalah game PC yang sangat ringan buat komputer dan menarik untuk dimainkan, dari judulnya sendiri pasti udah ga asing nh buat para gamers, "Plants VS Zombies 2" yapz , nantinya kita akan trus menjaga rumah kita dari
- Inilah menang mana antara siwa vs wisnu, pembahasan tentang aneka hal yang erat kaitannya dengan menang mana antara siwa vs wisnu serta keajaiban-keajaiban dunia sejumlah artikel penting tentang menang mana antara siwa vs wisnu berikut ini dan pilih yang terbaik untuk Anda.…sepuluh milyard empat ratus juta tahun masehi. Subhanallah….. 2. Dewa Siwa Menurut ajaran hindu; Dewa Siwa adalah Dewa Pelebur. Tugas Dewa Siwa adalah melebur segala sesuatu yang sudah usang dan……guru Siwa, dan Ganesha putra Siwa. Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas. Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi……pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Candi Prambanan Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha bahasasansekerta yang bermakna Rumah Siwa’, dan memang di……Batara Wisnu untuk menghadapi Prabu Mangliawan. Sebelum berangkat ke medan laga Batara Wisnu menyuruh istrinya memohon restu pada Batara Guru. Namun pemuka dewa itu tidak berkenan karena ia masih sakit……yang tak pernah saya pergi sebelum ini . Saya akan bawa Anda ke zaman dimana manusia pertama bertapak dibumi . Ya … zaman Nabi Allah Adam as bersama istrinya Hawa……Purusa-utama, manusia utama, yang berkepribadian paling baik 15. Varshneya Warsneya, keturunan wangsa Wresni 16. Vāsudeva Waasudewa, putera Basudewa 17. Vishnu Wisnu, penitisan Batara Wisnu 18. Yādava Yaadawa, keturunan dinasti Yadu……semua bersorak-sorai. Si pengasuh memfitnah yang diasuh Si penjaga mencuri yang dijaga. Si penjamin minta dijamin. Banyak orang mabuk doa. Di mana-mana berebut menang. Angkara murka menjadi-jadi. Agama ditantang. Banyak……konflik dan pertikaian di mana– mana. Sungguh ironik, ilmu yang tadinya dimaksudkan untuk mencegah konflik, justru menjadi pusat konflik selama berabad-abad. Tapi, itu bukan salah dari agama, tetapi para pengikut……Plato belaka sebagai negeri ideal yang diuraikan dalam buku Republiknya. Ini sangat gegabah dan tidak berdasar. Sama saja mengatakan bahwa Plato bohong. Bagaimana mungkin seorang Plato bisa berbohong tanpa alasan…Demikianlah beberapa ulasan tentang menang mana antara siwa vs wisnu. Jika Anda merasa belum jelas, bisa juga langsung mengajukan pertanyaan kepada MENARIK LAINNYAmanfaat pohon kaboa, polo artinya dalam bahasa Jawa, kuku perkutut, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera
ISTILAHDALAM SASTRA JAWA Dibawah ini adalah istilah – istilah yang sering kita jumpai dalam karya sastra Jawa. 1. Babad: sastra sejarah dalam tradisi sastra Jawa; digunakan untuk pengertian yang sama dalam tradisi sastra Madura dan Bali; istilah ini berpadanan dengan carita, sajarah (Sunda), hikayat, silsilah, sejarah (Sumatera, Kalimantan, dan Malaysia). Home Tags Siwa vs wisnu siapa yang menang VideoPertarungan Dewa Siwa VS Dewa Wisnu, Pertarungan Sharabha VS Narashimhaajeg - October 19, 2022 0 Cerita pertarungan antara Dewa Siwa melawan Dewa Wisnu yaitu pertarungan antara Narasimha melawan Sharabha terkait dengan cerita dari Narashima yang menyelamatkan Prahlada dari Ayahnya...Nahsaat baca blognya mas Cumilebay (PS Ijin kutip ya mas) ternyata aku baru tahu kalau Candi Cetho “Sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa, candi cetho di hiasi arca phallus yg menjadi simbol Dewa Siwa. Terdapat pula patung Brawijaya V serta penasehatnya dan susunan batu bentuk lingga dan yoni yg berukuran dua meter.Dikatakan bahwa ada perselisihan antara dua dewa tertinggi, yaitu Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Cerita ini berkaitan dengan beberapa kesempatan yang unik, salah satunya adalah ketika Dewa Wisnu hanya memberikan minuman keabadian kepada Dewa setelah peristiwa mengaduk lautan ketika pemindahan Gunung Meru ke lautan mencari air suci Amerta Kisah Samuderaamantana . Asura rakshasha merasa dewa Wisnu tidak adil, karena mereka juga telah membantu dalam proses mengaduk lautan. Asura marah, dan bertempur dengan para dewa. Dewa Wisnu berpihak pada Dewa melawan Asura. Sampai suatu waktu ketika di tengah-tengah pertempuran, Dewa Wisnu jatuh cinta kepada Apsara para malaikat yang muncul dari dampak peristiwa Samuderamantana, dan menghasilkan banyak anak. Anak-anak Dewa Wisnu dan Bidadari menjadi pejuang yang tak tertandingi, sampai-sampai mereka kehilangan diri mereka, dan membuat kenakalan tidak hanya di bumi tetapi juga di tanah para Dewa. Melihat kondisi kacau ini, Dewa Brahma memberi tahu Dewa Siwa, karena jika terus dibiarkan maka rusaknya tatanan kehidupan langit dan bumi. Dewa Siwa akhirnya memahami kondisi ini, dan tahu bagaimana menangani anak-anak Wisnu dan Apsara. Dewa Siwa terwujud dalam tubuh banteng besar, Wrishabha. Kemudian, Wrishabha datang ke Asura, dan bertempur melawan keturunan Dewa Wisnu-Apsara sampai semua mati. Dewa Wisnu tidak menerima, dan menantang pertarungan banteng Wrishabha. Segala macam senjata Dewa Wisnu telah hilang, bahkan termasuk kekuatan Chakra Sudarsana, senjata melingkar Dewa Wisnu yang berputar dengan gigi tajam di tepi. Namun, Chakra Sudarsana tidak juga mampu mengalahkan Bantha Wrishabha. Dewa Wisnu bingung. Di tengah kebingungan atas banteng itu, banteng itu segera berubah menjadi Dewa Siwa. Dewa Wisnu juga menawarkan doa dan permintaan maaf kepada Dewa Siwa. Dewa Siwa memberinya pengampunan dan memintanya untuk merenungkan kebijaksanaan dari semua kejadian ini, bahwa penilaian terburuk dewa Wisnu atas perilaku Asura tetap harus ditegakkan. Bukankah berkat bantuan para Asura juga, air suci amerta dapat diperoleh? Bahkan Asura telah mengorbankan diri mereka dengan terkena Vasuki Naga sambil memegang kepala naga. Cerita itu adalah cerita perseteruan pertama antara Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang sebenarnya bukan pertarungan atas dasar kebencian satu sama lain, tetapi hanya kesalahpahaman dan proses belajar yang harus diterima. Lain cerita perselisihan, juga, adalah Dewa Siwa selalu mengajarkan kebijaksanaan kepada Dewa Wisnu. Ini bisa dimengerti, karena Dewa Siwa adalah Mahadewa, Dewa Tertinggi dari semua dewa, bahkan Dewa Wisnu dan Dewa Brahma juga menghormati dia. Dewa Krishna vs Dewa Siwa Kisah selanjutnya tentang perseteruan ini terkait dengan kisah Krisna Basudewa yang merupakan perwujudan inkarnasi Dewa Wisnu. Sekali waktu, salah satu cucu Krishna bernama Aniruddha jatuh cinta dengan seorang putri raja Asura / Rakshasha. Usha, nama puteri raja Asura. Usha dan Aniruddha ingin menikah, tetapi karena mereka milik orang yang berbeda, satu keturunan Dewa, Rakshasha lain, ayah dari Usha bernama Bena / Bana, menyarankan agar Aniruddha tinggal dan menikah di tanah raksasa. Jadi Aniruddha pindah ke negeri raksasa untuk bersama kekasihnya. Berita ini terdengar berbeda di telinga Krishna. Berita yang sampai ke telinganya adalah bahwa cucunya telah diculik / ditawan oleh pasukan Raja Bana. Krishna marah mendengarnya, dan tanpa berpikir atau menyelidiki lebih detail, Krishna segera menyiapkan pasukan perang untuk menyerang Bana untuk menyelamatkan cucunya. Raja Bana merasa bahwa Krisna salah paham, tetapi mau tidak mau dia juga harus siap bertarung, karena pasukan Krishna telah menyerang dengan segera. Raja Bana yang sebenarnya tidak ingin memulai perselisihan, memohon kepada Dewa Siwa. Raja Bana ternyata adalah salah satu pengikut setia Dewa Siwa. Dewa Siwa mendengar permohonan Bana, dan turun ke bumi untuk membantu Bana memukul pasukan Krishna. Dewa Brahma, yang tahu pertempuran ini, merasa bahwa jika pertarungan ini berlanjut, maka bumi dan langit akan dihancurkan, sehingga Dewa Brahma memohon dewa Siwa untuk tidak memukul kekuatan Krishna, bahkan tidak menyerang Krishna sendiri, karena Krishna hanya salah mengerti situasi. Jadi hal nyata yang dipecahkan adalah penyelarasan informasi di kedua sisi. Dewa Siwa mengerti, bahkan ternyata bahwa Krishna sendiri ketika hendak membunuh Bana, niatnya dilepas, karena ia tahu bahwa Bana adalah keturunan dari para pengikut Vishnu yang setia. Setelah semua hal dibicarakan, dan jelas duduk masalah, menyadari bahwa kemarahan Krisna muncul hanya karena kurangnya informasi dan terlalu terburu-buru secara emosional. Akhirnya, Krisna dan Bana menjadi teman dan pernikahan kedua anak mereka dilakukan dengan baik. Semua kembali damai. m9hTu.